Profil Desa Tirto
Ketahui informasi secara rinci Desa Tirto mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Sesuai namanya yang berarti "air", Desa Tirto di Salam, Magelang, adalah lumbung pangan yang subur di perbatasan. Desa ini memakmurkan warganya melalui pertanian padi dan salak pondoh yang didukung oleh sistem irigasi yang melimpah dari aliran sungai-sung
-
Identitas "Tirto" sebagai Desa Air
Nama dan karakter desa ini sangat terkait dengan "tirto" atau air, yang tercermin dari lanskap persawahan subur dan sistem irigasi vital yang menopang kehidupannya.
-
Lumbung Pangan Produktif
Tirto merupakan salah satu desa agraris andalan di Kecamatan Salam, menjadi pusat produksi padi dan salak pondoh yang penting bagi ketahanan pangan dan perekonomian regional.
-
Komunitas Perbatasan yang Dinamis
Berlokasi tepat di perbatasan antara Jawa Tengah dan DIY, masyarakat Tirto memiliki dinamika sosial-ekonomi yang unik, dengan interaksi dan ketergantungan yang erat dengan wilayah tetangga.
Di perbatasan paling selatan Kabupaten Magelang, di mana denyut kehidupan agraris menyatu dengan dinamika dua provinsi, terdapat sebuah desa yang namanya adalah takdirnya. Desa Tirto, di Kecamatan Salam, secara harfiah berarti "Air". Nama ini bukanlah sekadar penanda, melainkan sebuah manifestasi dari karakter desa yang hidup dan makmur berkat anugerah air yang melimpah. Sebagai lumbung pangan yang subur, Desa Tirto adalah bukti nyata bagaimana harmoni antara tanah, air dan ketekunan manusia mampu menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan.
Geografi, Wilayah, dan Demografi
Desa Tirto menempati posisi strategis di dataran rendah aluvial yang subur, diapit oleh aliran sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi. Lanskapnya didominasi oleh hamparan sawah hijau yang membentang luas, diselingi kebun salak dan pemukiman penduduk. Posisinya sebagai desa perbatasan, yang bersinggungan langsung dengan Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, memberikan corak sosial dan ekonomi yang khas.Berdasarkan data resmi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Magelang, luas wilayah Desa Tirto ialah 2,23 kilometer persegi. Wilayah ini secara administratif terbagi menjadi delapan dusun. Batas-batas wilayahnya meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Desa Salam, sebelah timur dan selatan dengan wilayah Kabupaten Sleman (DIY) yang dibatasi oleh aliran Sungai Krasak, dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Baturono.Data kependudukan BPS pada tahun 2022 mencatat jumlah penduduk Desa Tirto sebanyak 3.896 jiwa, yang terdiri dari 1.954 penduduk laki-laki dan 1.942 penduduk perempuan. Dengan luas wilayah tersebut, desa ini memiliki tingkat kepadatan penduduk sekitar 1.747 jiwa per kilometer persegi, mencerminkan sebuah komunitas agraris yang mapan dan padat.
Pemerintahan dan Tata Kelola Desa
Pemerintahan Desa Tirto, yang saat ini berada di bawah kepemimpinan Kepala Desa Bapak Bejo, memfokuskan tata kelolanya pada penguatan sektor pertanian yang menjadi hajat hidup mayoritas warganya. Mengingat vitalnya peran air, pemerintah desa menaruh perhatian besar pada pemeliharaan dan pengelolaan infrastruktur irigasi. Kolaborasi yang erat dengan lembaga-lembaga masyarakat seperti Gabungan Perkumpulan Petani Pemakai Air (GP3A) menjadi kunci untuk memastikan distribusi air yang adil dan merata ke seluruh lahan pertanian. Kebijakan desa diarahkan untuk menjaga stabilitas produksi pangan dan meningkatkan kesejahteraan para petani.
Lumbung Pangan: Pertanian Padi dan Salak Pondoh
Sesuai dengan namanya, berkah utama Desa Tirto adalah air yang melimpah. Sistem irigasi teknis yang baik memungkinkan lahan-lahan sawah di desa ini sangat produktif. Desa Tirto dikenal sebagai salah satu lumbung padi andalan di Kecamatan Salam. Hamparan sawahnya yang subur mampu menghasilkan panen padi berkualitas beberapa kali dalam setahun, memberikan kontribusi signifikan bagi ketahanan pangan regional.Selain padi, komoditas unggulan lain yang menjadi primadona adalah Salak Pondoh. Iklim mikro dan kesuburan tanah di kawasan Salam, termasuk Tirto, sangat ideal untuk budidaya varietas salak ini. Kebun-kebun salak yang dikelola oleh warga menghasilkan buah yang terkenal dengan rasanya yang manis, renyah, dan segar. Salak dari Tirto turut memenuhi permintaan pasar yang tinggi di Magelang, Yogyakarta, dan sekitarnya, menjadi sumber pendapatan penting bagi banyak keluarga di luar hasil sawah.Kombinasi antara padi sebagai tanaman pangan utama dan salak sebagai tanaman hortikultura bernilai ekonomi tinggi menciptakan struktur ekonomi pertanian yang tangguh dan berlapis bagi masyarakat Desa Tirto.
Hidup di Tepi Batas: Dinamika Sosial Desa Perbatasan
Kehidupan sebagai komunitas perbatasan memberikan warna tersendiri bagi masyarakat Tirto. Ketergantungan dan interaksi dengan wilayah Kabupaten Sleman di seberang sungai adalah bagian dari realitas sehari-hari. Banyak warga yang memiliki hubungan kekerabatan, melakukan aktivitas perdagangan, atau bahkan bekerja dan bersekolah di lintas provinsi.Pasar-pasar tradisional di wilayah Tempel, Sleman, seringkali menjadi tujuan bagi para petani Tirto untuk menjual hasil panen mereka, begitu pula sebaliknya. Dinamika ini menciptakan akulturasi budaya yang halus dan hubungan ekonomi yang saling menguntungkan. Masyarakat Tirto terbiasa hidup dalam dua lingkup pengaruh, yang memperkaya wawasan dan memperkuat jaringan sosial mereka melintasi batas-batas administratif.
Penutup: Desa yang Mengalirkan Kemakmuran
Desa Tirto adalah sebuah syair tentang air dan kehidupan. Desa ini secara gamblang menunjukkan bagaimana sebuah anugerah alam, jika dikelola dengan baik dan tekun, mampu menjadi sumber kemakmuran yang tak pernah kering. Sebagai salah satu pilar penyangga pangan di selatan Magelang, peran Desa Tirto sangatlah vital. Di tengah arus modernisasi, ia tetap setia pada kodratnya sebagai desa agraris yang produktif, sebuah komunitas yang tenang dan tangguh, yang terus mengalirkan hasil buminya untuk menghidupi wilayah yang lebih luas, selayaknya air yang menjadi sumber namanya.
